Foto: Pertamina. ©2014 Evo Berita
Reporter: Rudi Hantanto
Evo Berita - Pertamina berencana membubarkan PT Pertamina Energy Trading (Petral) tahun ini. Sebagai gantinya, perusahaan migas pelat merah itu bakal mendirikan anak usaha baru, PT Pertamina Energy Service, guna mengambil alih tugas Petral dalam pengadaan minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM).
Anggota Komisi VII DPR-RI Ramson Siagian menilai tepat keputusan Pertamina membubarkan Petral. Namun, dia menyayangkan keputusan Pertamina menyerahkan pengadaan minyak mentah dan BBM pada anak usaha.
Seharusnya, kata Ramson, tugas itu langsung dijalankan Pertamina.
"Pertamina bisa lebih kompetitif apabila membeli minyak secara langsung melalui perusahaan ataupun negara yang minyaknya melimpah. Jadi harga BBM bisa menjadi lebih murah dan kualitas yang lebih bagus. Itu saya setuju," kata dia saat dihubungi, Sabtu (25/4).
Sebenarnya, otoritas Petral sudah dilumpuhkan Tim Refomasi Tata Kelola Migas Kementerian ESDM sejak Januari lalu. Tim diketuai Faisal Basri itu merekomendasikan agar tender minyak diambil alih integrated supply chain (ISC), unit bisnis Pertamina.
Terkait itu, Ketua Umum Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina (eSPeKaPe) Binsar Effendi Hutabarat pesimistis ISC mampu memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Ini didasarkan pada dua tender perdana dilakukan ISC pada 22 Januari lalu untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri April 2015.
Untuk tender pengadaan medium crude oil sebanyak 2x600 juta barel dan heavy crude oil sebanyak 2x950 juta barel, ISC hanya memenangkan dua dari 62 perusahaan peserta tender. Yaitu Vitol untuk memasok medium crude oil dan Alzerbaijan untuk memasok heavy crude oil.
Sementara, pengadaan pertamax untuk kebutuhan Februari 2015 sebanyak 140 juta barel, ISC hanya memenangkan Unipex-- anak usaha Sinopec, perusahaan migas China. Padahal, ISC mengundang 107 perusahaan untuk mengikuti tender pertamax tersebut.
"Dengan tekad menghilangkan mata rantai bisnis atau pasokan impor sejumlah 300 juta barel, ISC katakan bisa create value sekitar 30-40 sen per barel, tentu perlu dibuktikan nantinya apakah ISC mampu memenuhi kebutuhan impor BBM yang tinggi itu," kata Binsar dalam kesempatan terpisah.
Menurutnya, tahun ini, ISC membutuhkan impor crude oil sekitar 9 juta barel per bulan atau 336 ribu barel per hari (bph). Kemudian impor premium, avtur, solar, dan pertamax sekitar 200 juta barel setahun.
0 Komentar untuk "DPR: Petral Bubar, Sebaiknya Impor BBM Langsung Ditangani Pertamina"