Foto: Sutriyani. ©2015 Evo Berita
Reporter: Irwan Setyabudi
Evo Berita - Menjual jamu tidaklah semudah yang dibayangkan. Apalagi jamu tradisional yang dibuat dengan bahan-bahan alami seperti produk jamu dijual Sutriyani (23) seorang lulusan sarjana Fisika ber-IPK 3,49.
Meski ibunya sudah berjualan jamu selama 10 tahun lebih, namun Tri, begitu sapaan akrab Sutriyani, tidak lantas tahu bagaimana caranya meracik jamu. Sebelum berjualan dia belajar terlebih dahulu dari ibunya dan juga mencari referensi dari internet.
"Bakul jamu enggak sembarang orang lho, harus tahu kalau kunir asem itu untuk sakit apa, beras kencur untuk apa, harus tahu, enggak bisa sembarang. Saya belajar juga, sekitar satu bulan baru bisa tahu," katanya.
Biasanya sebelum pelanggannya membeli jamu, Tri terlebih dahulu menanyakan keluhan pelanggan. Dengan begitu dia bisa memastikan pelanggannya bisa mendapatkan jamu yang tepat untuk kesehatan.
"Sudah kayak dokter, tanya dulu keluhan pasiennya apa, apa pegel-pegal, pusing, untuk diet, beda-beda. Biasanya kalau penjual jamu di warung itu asal aja, keluhannya apa, jamunya sama semua, ya enggak bisa. Nanti bapak-bapak minum galian singset, kan enggak lucu," terangnya.
Baginya menjual jamu bukan sekadar mencari uang saja tapi sebagai bentuk pekerjaan sosial, membantu orang sakit. Terkadang Tri memberikan beberapa resep ramuan tradisional kepada pelanggannya supaya mereka secara mandiri bisa membuat obat untuk diri sendiri.
"Bahannya kan dari alam, semuanya ada, saya tinggal kasih tahu, bu, pak, cari daun ini, direbus, nanti diminum untuk kurangi gula. Saya kasih resep gratis. Ini jadi pekerjaan sosial kemanusiaan juga, enggak cuma soal duit," ungkapnya.
Sampai saat ini Tri pun belum berpikir untuk mencari pekerjaan lainnya. Dia masih merasa kesal dengan sejumlah pengalaman tidak mengenakan ketika melamar kerja.
"Saya pernah ikut seleksi di rumah sakit Wirosaban, tapi enggak masuk, kalau saya melihat ada kecurangan. Masak justru peserta seleksi yang pernah tidak ikut tes komputer bisa lolos dapat kerjaan. Padahal saya ikut semua tes dan hasilnya bagus. Banyaklah pengalaman tidak enak. Sementara begini dulu sampai ada kesempatan lain," tuturnya.
0 Komentar untuk "Tanpa Dibantu Ibu, Sarjana Ber-IPK 3,49 Belajar Meracik Jamu Sendiri"