Foto: Ustaz Mansour Adnan. ©istimewa
Reporter: Sofyan Abidin
Evo Berita - "Cukuplah Allah Bagiku." Kalimat itu jadi pedoman bagi umat muslim yang dikutip dari Surat At Taubah dalam menjalani hidup. Tak terkecuali Ustaz Mansour Adnan (32), seorang ustaz muda dari Brebes yang datang ke Jakarta berbekal ijazah SD dan pendidikan di pesantren Tarbiyatul Mubtadin Tegal selama 3 tahun.
Dia mengawali hidupnya sebagai marbot di Masjid Dian Al Ikhlas di Petukangan. Masjid ini adalah bangunan yang jadi cikal bakal Masjid Kubah Emas Dian al-Mahri yang dibangun oleh Hj Dzuriah Dian Maemun Ar Rasyid.
Awalnya Adnan ingin melanjutkan pendidikan pesantrennya di Pesantren Ummul Qur'a di Tangerang namun karena masalah biaya maka dia mengurungkan niatnya dan melanjutkan pendidikan agamanya di Pesantren Ulul Zami milik Muhammad Ali.
"Pesantren Ummul Qur'a memang beda dengan pesantren kebanyakan di Jawa, di sana santri tidur di springbed tidak di kamar yang diisi puluhan santri. Karena itu memang butuh banyak biaya di sana jadi saya memilih belajar di Ulul Zami karena dipungut biaya semampunya," kenangnya.
Empat tahun jadi marbot dari tahun 1998 hingga 2003, terselip keinginan ustaz muda ini untuk melanjutkan sekolah. Setelah memperoleh Ijazah kesetaraan paket B dan paket C dia melanjutkan kuliah akselerasi di STAISA (Sekolah Tinggi Agama Islam Salahudin Al Ayubi) mengambil jurusan pendidikan Agama Islam.
Sambil kuliah dia mengajar privat ilmu agama dan di Yayasan Al Hamidiah berkat kegigihan ayahnya, Alm Abdul Latief dalam mempromosikan Ustaz Adnan pada pelanggannya. Sang ayah merupakan penjual rujak. Sembari berkuliah, dia juga mengajar, mengurus masjid hingga berdakwah.
Usai meraih gelar sarjana, Ustaz Mansour Adnan semakin dikenal sebagai Dai di kawasan Jabodetabek. Meski begitu, orang lebih sering memberinya gelar SQ (Sarjana Quran) karena kefasihannya membaca Alquran.
Dia berkelakar SQ adalah kepanjangan dari Sarjana Quclak Qucluk atau culun. Pedoman yang dipegang Ustadz Mansour Adnan agar bisa survive di Jakarta hanya keinginan untuk berguna bagi sesama.
"Jadilah orang yang bermanfaat itulah pedoman saya dalam menjalani hidup sejak hidup di Jakarta. Saya yakin saya lebih punya nilai kegunaan di sini, di kota besar daripada jika saya pulang ke desa dan cuma berkebun," kata ustaz kelahiran Brebes tersebut.
Kini dia sudah memiliki rumah, mobil dan motor hasil dari berdakwah. Penghasilan sekali berdakwah pun diperkirakan mulai dari ratusan ribu hingga jutaan.
0 Komentar untuk "Berawal Dari Marbot, Ustaz Adnan Bisa Punya Rumah Dari Berdakwah"