Foto: Pemadam Kebakaran. ©2015 Evo Berita
Reporter: Heriyadi Septiyanto
Evo Berita - Petugas pemadam kebakaran bertaruh nyawa saat memadamkan api. Tak sedikit dari mereka yang tewas saat berjibaku memadamkan api.
Seorang petugas Pemadam Kebakaran bernama Saiful mengenang komandannya yang pernah tewas saat menghadapi kebakaran di Blok M sekitar tahun 2005 lalu. Komandannya yang bernama Subandi tersebut tewas terjebak kobaran api karena kehilangan arah untuk keluar dari TKP. Selang yang dibawa Subandi terputus dan akhirnya dia tidak bisa keluar.
"Pak Subandi sempat melemparkan topi keluar untuk kode kalau dia sedang dalam bahaya. Namun tiba-tiba api meledak dan kena badannya," ungkap Saiful saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (12/3).
Saiful mengenangkan bahwa Subandi merupakan seorang pemimpin yang sangat peduli dengan anak buahnya. Tewasnya Subandi di lokasi kebakaran itu pun karena dia berusaha menyelamatkan tim pemadam yang sedang terjebak di dalam gedung.
Pemadam kebakaran yang telah rela berkorban tersebut tengah menjabat sebagai Kepala Sektor Pemadam Kebarakan Jakarta Selatan. Pengorbanan Subandi menjadi pelajaran dan motivasi untuk membangun semangat anak buahnya dalam menjalankan tugas.
Seorang senior bernama Suhada juga banyak menceritakan pengalamannya yang seru dan berbahaya. Lelaki yang akrab dipanggil Pak Haji ini sudah 30 tahun lebih bertempur dengan api. Banyak sudah kejadian kritis yang dia lewati selama menjalankan tugas. Nyawa pun dirasanya sudah digaris batas hidup saat berhadapan dengan kobaran api. Meski sudah puluhan tahun bergelut dengan api, tapi bayangan kematian masih saja sering muncul saat Suhada menjalankan tugas.
"Kalau sudah di depan api saya sering mikir jangan-jangan hari ini saya mati. Tapi alhamdulillah masih dikasih kesempatan hidup. Yang penting kita tulus saja menjalani tugas. Jangan banyak ngeluh," kata Suhada.
Lelaki yang sudah naik haji ini juga menceritakan kalau kaki kirinya pernah melepuh terkena air panas saat memadamkan kebakaran di sebuah pemukiman. Di lokasi kebakaran ada tempat isi ulang air mineral. Tak sengaja, kaki kiri Suhada menginjak penampungan air yang airnya sudah mendidih. Air panas pun masuk ke dalam sepatu bootnya dan merebus kaki kirinya.
"Kaki kiri saya udah mirip daging sapi yang dikuliti. Melepuh sampai warnanya putih. Seminggu nggak bisa jalan," tuturnya.
Suhada juga pernah kena setrum dan kejeblos atap rumah. Kondisi saat kebakaran sangat riuh. Sering pemadam tidak sempat memeriksa kabel-kabel listrik yang berserakan. Maka, risiko tersetrum pun harus dia hadapi.
Di antara sekian banyak bahaya yang para pemadam hadapi ternyata yang paling berbahaya menurut mereka adalah saat evakuasi mayat. Terutama mayat-mayat yang sudah membusuk berhari-hari. Mayat yang sudah membusuk, selain baunya yang menyengat juga mengandung cairan yang berbahaya. Jika terkena cairan tersebut bisa menimbulkan penyakit. Apalagi jika mayat tersebut menderita penyakit-penyakit menular.
0 Komentar untuk "Kisah Subandi, Komandan Damkar Yang Tewas Saat Selamatkan Anak Buah"