Taklukkan Preman Terminal, Gus Tanto Dirikan Ponpes Napi Napi Tobat

Taklukkan Preman Terminal, Gus Tanto Dirikan Ponpes Napi Napi Tobat


Foto: Gus Tanto bersama Tukul Arwana. ©2015 Evo Berita

Reporter: Benny Wijaya


Evo Berita - Taklukkan Preman Terminal, Gus Tanto Dirikan Ponpes Napi Napi Tobat | Terminal dan tempat pelacuran, itulah dua tempat yang identik dengan premanisme dan kemaksiatan. Namun tidak bagi KH Muhammad Kuswanto atau tokoh spiritual yang akrab dipanggil Gus Tanto ini. Justru di dua tempat itulah Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Istigfar Tombo Ati itu banyak menerima, menemukan dan mencari santri dan jamaah yang ingin bertaubat.


Jamaahnya pun unik, mulai dari preman, gali (dalam bahasa populer bajingan), kecu (perampok), peminum, pemabuk, tukang tipu dan lainnya yang menjadi aktor dan pelaku tindak pidana di dunia hitam dan kriminalitas di Kota Semarang, Jawa Tengah semuanya ada di Ponpes yang berada di kampung preman ini. Kampung itu namanya adalah Kampung Perbaan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.


"Dilihat dari namanya tempat pondok saya ini; Perbalan yang beri nama orang Belanda, dari kata; Perbal. Artinya kalau diistilahkan bahasa hukum sekarang adalah di BAP (menjalani proses pembuatan Berita Acara Perkara_BAP) yang dilakukan Belanda karena kejahatan. Sebab, para warga di Perbalan ini dulu rata-rata sering di Perbal atau di BAP usai melakukan tindak kejahatan alias banyak yang jadi kecu (maling)," tegas Gus Tanto saat ditemui merdeka.com Sabtu (28/2) malam di Ponpes Istigfar, di Jalan Perbalan Purwosari I, Kota Semarang, Jawa Tengah.


"Dari situ saya kemudian mengajak teman-teman waktu remaja berkumpul. Membuat jamaah yasin dan tahlil berkeliling pengajian dari rumah ke rumah. Mengapa dari rumah ke rumah? Kebetulan saat itu, marak kasus pencurian. Jangan kan motor dan mobil, wong sandal di depan rumah setiap hari hilang. Termasuk jika bangun rumah, materialnya harus dipindah biar tidak dicuri. Sehingga untuk mengurangi kasus pencurian itu kami mengaji yasin dan tahlil keliling setiap malam supaya sekitar rumah aman," tuturnya.


Jamaah pengajianpun bisa berjalan. Meski harus dengan apa adanya dan dalam kondisi yang kurang khusyuk, namun, Gus Tanto tak putus asa dan tetap melakukan pengajian meski tidak sempurna.


"Bahkan, meski kumpul ngaji 50 persen jamaahnya sama. Sama-sama ya samanya sama-sama pada mabuk. Tidak apa-apa, meski mabuk Alhamdulillah mereka sudah pada bisa ingat untuk mengaji. Lepas SMA, lebih saya tenani (serius). Saat itu, layaknya orang arisan dari rumah ke rumah. Sebelum ada pondok. Semakin lama kumpul, Alhamdulillah, tidak lepas psikologisnya jamaah bukan orang jelek. Sebetulnya energi manusia ada positif dan negatif. Sisi positif belum dimanfaatkan. Kita kenalkan pelan-pelan dengan kasih sayang. Di situ metode mengajinya tidak menggurui dan mendikte, mengaji sebagai sesama sahabat, just friend teman sharing," ungkapnya.


Selain berangkat dari keresahan Gus Tanto akan kondisi tempat tinggalnya, salah satu kejadian membuat dirinya mempunyai niatan keras untuk membangun sebuah Ponpes yang jamaah dan santrinya adalah beberapa preman dan mantan nara pidana (napi) berbagai tindak kejahatan dan kriminalitas. Sudah pasti, santri dan jamaahnya adalah mantan-mantan preman dan napi yang mempunyai masa lalu yang sangat kelam dan hitam.


Gus Tanto selepas SMA, bekerja di Terminal Terboyo Kota Semarang, Jawa Tengah. Gus Tanto menjadi seorang kasir di salah satu Rumah Makan (RM) padang milik seorang pengusaha bernama Edi. Saat itu, RM Padang berada di terminal bus dan angkutan kota (angkot) terbesar di Kota Semarang pada zamannya sering didatangi oleh beberapa preman-preman yang tidak mau membayar setiap usai makan di rumah makan tersebut.


Suatu hari, saat bekerja, Gus Tanto menerima kedatangan tamu preman dikenal sebagai penguasa di kawasan Terminal Terboyo Semarang. Sambil membawa banyak teman preman ini beserta puluhan teman premannya dengan lahap makan dan tidak membayar sepeser pun. Terjadilah perdebatan antara preman dan Gus Tanto, bahkan menantang dan setelah diladeni preman-preman itu sadar. Bahkan tidak sedikit dari preman-preman itu menjadi jamaah pengajian Gus Tanto sampai hari ini.


"Dia datang tidak ada kepuasaan, saat itu mulai jual nasi tidak dibayar dia marah-marahi saya. Bagi saya itu adalah ujian. Saya nasehati, kamu keliru, eh malah nantang. Lalu saya bilang, silakan keroyok. Akhirnya mereka sadar kalau keliru. Sehingga tidak berani lagi malah ikut saya pengajian. Sebetulnya banyak kisah saya di Terminal. Sampai aparat coba saya (nantang). Lalu sampai saya ditodong pistol langsung saya mut (saya masukan ke mulut saya) pistolnya. Ada banyak sekali kisah di terminal," ungkapnya.


Mulai saat itulah, Ponpes Istikfar Tombo Ati yang diasuh oleh KH Muhammad Kuswanto yang akrab dan sering dipanggil Gus Tanto ini berdatangan jamaah santri yang rata-rata merupakan mantan preman dan napi.


Hingga kini, aktivitas pengajian dan rutin terus berjalan misalnya, salah satu kegiatan yang dilakukan oleh jamaah Gus Tanto adalah pengajian istigazah yang digelar setiap hari Rabu malam di Ponpes Istigfar Tombo Ati di Jalan Perbalan Purwosari I, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah masih tetap berlangsung.
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Taklukkan Preman Terminal, Gus Tanto Dirikan Ponpes Napi Napi Tobat"

 
Copyright © 2015 Evo Berita - All Rights Reserved
Back To Top