Foto: Massa bakar rumah nelayan di Buleleng. ©2015 Evo Berita
Reporter: Rudi Hantanto
Evo Berita - Konflik sosial hingga berujung penggusuran sejumlah rumah warga tinggal di kawasan dekat pura desa Munduk, Danau Tamblingan, Kabupaten Buleleng, Bali sebenarnya sudah lama terjadi. Bahkan, berbagai pertemuan dilakukan selalu tidak pernah mencapai kesepakatan alias buntu.
Alhasil muncul opsi dari massa warga adat 50 Kepala Keluarga bekerja sebagai nelayan di wilayah itu harus angkat kaki. Sayangnya, mereka tidak memberikan jaminan tempat tinggal baru bagi warga harus mengungsi. Di samping itu, mereka yang tinggal di wilayah itu sebenarnya banyak merupakan penduduk asli setempat, dan sisanya pendatang (warga Bali dari daerah lain).
Informasi dihimpun, keputusan pembongkaran itu merupakan hasil kesepakatan dari tim sembilan Catur Desa Adat Dalem Tamblingan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, dan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, bersama perwakilan warga yang rumahnya akan digusur. Dalam pertemuan pertama, memang tidak tercapai kesepakatan. Sehingga, warga pendatang pemilik rumah di dekat Pura Gubug dan Danau Tamblingan sudah berulangkali diperingatkan supaya segera mengungsi, dengan batas akhir hingga 25 April. Penggusuran ini diklaim bertujuan buat menjaga kesucian kawasan pura dan konservasi sebagai daerah resapan air.
"Jumlah bendega (penduduk asli) hanya ada 22, tetapi sisanya ada yang mengaku-ngaku sebagai nelayan. Bendega memiliki kedudukan khusus di sistem adat kita, menjaga hutan dan danau," kata Klian Desa Pakraman Munduk, Jro Putu Ardana, usai menyaksikan pembayaran rumah warga di Buleleng, Sabtu (25/4).
Putu menambahkan, karena desa adat Munduk dan catur desa akan mengelola kawasan itu, maka yang diberi prioritas hanya warga Bendega.
"Mereka mengaturkan ngayah di 18 Pura, termasuk bertanggungjawab terhadap kebersihan, dan terhadap pemedek yang datang. Nanti kalau ada imbalan dari pariwisata, ya bendega harus diprioritaskan, karena selama ini mereka cukup terpinggirkan," ujar Putu.
Sementara itu ketika dikonfirmasi, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan, Danau Tamblingan memang akan dipromosikan sebagai kawasan wisata spiritual. Dia menginginkan tempat itu diurus supaya lebih banyak bisa mendatangkan wisatawan. Ujungnya adalah menambah pemasukan bagi pemerintah setempat, meski harus mengorbankan sebagian warga.
"Harapan saya setelah di kawasan Danau Tamblingan tidak ada lagi pemukiman, kami akan lanjutkan kepada penataan tempat suci, kawasan wisata, dan aktivitas nelayannya. Tahun ini kami anggarkan hampir Rp 10 milliar untuk pembangunan infrastruktur di Catur Desa itu," kata Agus.
0 Komentar untuk "Ada Motif Ekonomi Dibalik Pembakaran Rumah Nelayan Danau Tamblingan"